Sabtu, 22 Desember 2012

Dampak Begadang




Sebuah artikel yang berisi tentang dampak-dampak dari begadang, diambil dari blog sebelah. Semoga bermanfaat.

Tuntutan pekerjaan dan keluarga nyaris tidak berhenti dari sebelum fajar hingga tengah malam. Kalau Anda tidak mahir mengatur waktu tidur, akibatnya bisa memicu penyakit jantung dan stroke. Demikian seperti ditemukan para ilmuwan di Warwick University.

Mereka menemukan, tidur malam kurang dari 6 jam meningkatkan risiko kematian akibat penyakit jantung sekira hampir 50 persen, dan meningkatkan risiko kematian akibat stroke sebesar 15 persen. Kesimpulan didapat setelah para peneliti mengamati 470.000 orang dari delapan negara selama 25 tahun.


"Ada harapan dalam masyarakat masa kini untuk hidup lebih sehat. Usaha menyeimbangkan hidup dan kerja menyebabkan terlalu banyak orang berdagang. Harapannya, mereka bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai yang dibebankan,” papar Prof Francesco Cappuccio, pakar jantung dan epidemiologi, seperti dikutip dari Telegraph, Rabu (9/2/2011).


"Kecenderungan untuk begadang dan bangun pagi sebenarnya merupakan bom waktu bagi kesehatan kita. Anda perlu bertindak sekarang untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan stroke yang mengancam jiwa," imbuhnya.


Lebih lanjut, studi yang telah diterbitkan di European Heart Journal ini menegaskan bahwa durasi optimal untuk tidur adalah 7-8 jam. Tapi, tidur lebih dari 9 jam bisa menjadi indikator masalah kesehatan lainnya.


Prof Cappuccio mengatakan ada bukti ba
hwa begadang mempengaruhi sistem endokrin dan kardiovaskular, sebagai pengatur produksi hormon. Begadang juga mengakibatkan gangguan toleransi glukosa dan berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang dapat mengakibatkan diabetes serta tekanan darah tinggi.

Tahun lalu, Prof Cappuccio sempat menerbitkan sebuah review dari 16 penelitian terhadap 1,3 juta orang yang menunjukkan bahwa orang yang tidur malam kurang dari 6 jam 12 persen lebih mungkin meninggal sebelum usia 65 tahun dibandingkan mereka yang tidur 7-8 jam.


"Ada banyak alasan mengapa masalah kurang tidur semakin banyak. Kemudahan akses internet, semakin banyak saluran televisi, khawatir soal uang, dan jam kerja bisa mengalihkan perhatian kita dari tidur,” timpal Ellen Mason, perawat jantung senior di British Heart Foundation. (sumber)


Suatu Bentuk Penyiksaan – Kurang tidur juga merupakan suatu bentuk penyiksaan. Cara ini pernah digunakan untuk menginterogasi orang lain. Korban dibuat terjaga selama beberapa hari, kemudian diijinkan tidur, dan kemudian dibangunkan paksa dengan tiba-tiba dan diinterogasi. Nicole Bieske, seorang pembicara dari Badan Amnesti Internasional Australia mengatakan bahwa setidaknya kekurangan tidur sangatlah kejam dan tidak berperikemanusiaan.

Gairah seks menurun – Para ahli melaporkan, kurang tidur pada pria dan wanita menurunkan tingkat libido dan dorongan melakukan hubungan seksual. Hal ini dikarenakan energi terkuras, mengantuk, dan tensi yang meningkat. Bagi pria yang mengidap sleep apnea-masalah pernapasan yang mengganggu saat tidur, menyebabkan gairah seksual “melempem”. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2002 menunjukkan, hampir semua orang yang menderita sleep apnea memiliki kadar testosteron yang rendah. Dan hampir setengah dari orang yang menderita sleep apnea parah memiliki tingkat testosteron yang rendah pada malam hari.

Mempengaruhi Otak – Kekurangan tidur dapat mempengaruhi kerja otak. Sebuah studi di UCSD Sekolah Obat-obatan dan Sistem Pengobatan Maju di San Diego, dengan menggunakan teknologi imaging gelombang magnetis untuk memantau kerja otak dalam keadaan kurang tidur, menunjukkan bahwa otak bagian cortex frontal menunjukkan aktifitas yang lebih banyak. Meskipun demikian, kinerja memori menurun sangat drastis pada kondisi ini. Penelitian pada hewan dalam keadaan kurang tidur juga menunjukkan penigkatan dalam produksi hormon stress, yang bisa saja menghambat regenerasi sel pada otak prang dewasa. Beberapa kejadian serangan syaraf yang berdampak kematian terjadi karena sang korban kurang atau bahkan tidak pernah tidur malam. Pernah seorang supir meninggal dunia pada umur 32 karena tidak pernah tidur malam selama kehidupan bekerjanya, padahal ia orang yang menjaga kesehatan, tidak memiliki penyakit, dan kuat.

Konsentrasi menurun – Tidur yang baik memainkan peran penting dalam berpikir dan belajar. Kurang tidur dapat mempengaruhi banyak hal. Pertama, dapat mengganggu kewaspadaan, konsentrasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Hal ini membuat belajar menjadi sulit dan tidak efisien. Kedua, siklus tidur pada malam hari berperan dalam “menguatkan” memori dalam pikiran. Jika tidak cukup tidur, maka kemampuan mengingat hal-hal yang dipelajari dan dialami selama seharian akan menurun. Menurut Sean Drummond PhD, peneliti masalah tidur dari University of California, San Diego, orang yang sedang capek biasanya lebih mudah mengambil risiko dengan harapan mendapat hasil maksimal. Padahal, hal itu justru sering membuat rencana berantakan. Dalam kasus yang biasa terjadi pada mahasiswa. Harus begadang menyiapkan bahan untuk presentasi besok jam 7 pagi. Setalah bahan presentasi diselesaikan, pada saat presentasi, semua ide pikiran lupa untuk dituangkan. Itu dikarenakan otak kita udah lelah dan tidak mampu untuk berpikir lagi. Sehingga menyebabkan konsentrasi menurun.

Pelupa – Tidak ingin lupa dengan kenangan terbaik dalam hidup? Cobalah perbanyak tidur. Pada tahun 2009, peneliti dari Amerika dan Perancis menemukkan bahwa peristiwa otak yang disebut sharp wave ripples bertanggung jawab menguatkan memori pada otak. Peristiwa ini juga mentransfer informasi dari hipokampus ke neokorteks di otak, dimana kenangan jangka panjang disimpan. Sharp wave ripples kebanyakan terjadi pada saat tidur.

Ceroboh – Para ahli mengungkapkan, kurang tidur akan membuat kemampuan motorik kita melambat dan kurang gesit. Akibatnya, kita jadi sering gugup, menabrak atau menumpahkan sesuatu. Hal itu disebabkan refleks kita berkurang dan otak kita kurang fokus sehingga kita jadi terlihat seperti orang ceroboh.

Kecelakaan – Kurang tidur adalah salah satu faktor bencana terbesar dalam sejarah selain kecelakaan nuklir di Three Mile Island tahun 1979, tumpahan minyak terbesar Exxon Valdez, krisis nuklir di Chernobyl 1986, dan lain-lain. Terdengar berlebihan, tetapi harus disadari karena kurang tidur juga berdampak pada keselamatan setiap hari di jalan. Mengantuk dapat memperlambat waktu mengemudi; setara dengan kondisi mabuk saat menyetir. Sebuah penelitian yang dilakukan Lembaga Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional Amerika memperkirakan bahwa kelelahan merupakan penyebab 100.000 kecelakaan mobil dan 1.500 kematian terjadi selama setahun di Amerika Serikat, dimana korbannya masih berumur 25 tahun kebawah. 

Memicu Rasa Gelisah – Rasa gelisah setiap malam pasti akan terus menghantui para penggemar begadang yang memiliki kualitas tidur buruk; reaksi tubuh pun bisa menurun. Yang lebih kronis lagi, perasaaan bahagia tidak akan menghampiri hidup mereka yang kurang tidur. Joyce Walsleben, PhD menyebutkan bahwa tidur dan suasana hati diatur oleh zat kimia otak yang sama. Hal ini dapat meningkatkan risiko pengembangan depresi, tapi mungkin hanya bagi mereka yang sudah rentan terhadap penyakit.

Menyebabkan depresi – Dalam studi tahun 1997, peneliti dari Universitas Pennsylvania melaporkan orang-orang yang tidur kurang dari 5 jam per hari selama tujuh hari menyebabkan stress, marah, sedih, dan kelelahan mental. Selain itu, kurang tidur dan gangguan tidur dapat menyebabkan gejala depresi. Gangguan tidur yang paling umum yaitu insomnia yang memiliki kaitan kuat dengan depresi. Dalam studi tahun 2007 melibatkan 10.000 orang, terungkap bahwa pengidap insomnia 5 kali lebih rentan depresi. Bahkan, insomnia sering menjadi salah satu gejala pertama depresi. Insomnia dan tidak nafsu makan akibat depresi saling berhubungan. Kurang tidur memperparah gejala depresi dan depresi membuat anda lebih sulit tidur. Sisi positifnya, pola tidur yang baik dapat membantu mengobati depresi.

Gangguan jiwa – Berdasarkan penelitian, kekurangan tidur dapat membantu menjelaskan misteri dari meningkatnya gangguan jiwa di antara anak muda pada dekade ini. Terbiasa begadang untuk menjelajah internet dan chatting di situs jejaring sosial menjadi alasan bagi remaja mengalami kurang tidur. Penelitian itu melibatkan sekitar 20 ribu remaja berusia 17 hingga 24 tahun sebagai subjek penelitian. Kesimpulannya, mereka yang tidur kurang dari lima jam sehari ternyata tiga kali lebih berpotensi mengidap tekanan secara psikologis di tahun berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian itu yang diterbitkan oleh Journal Sleep, satu jam kekurangan tidur punya berarti 14 persen risiko gangguan mental. Professor Nicholas Glozier, yang memimpin penelitian itu, mengatakan bahwa gangguan tidur atau secara khusus disebut insomnia merupakan sebuah prediktor dari berkembangnya depresi pada masa selanjutnya maupun perasaan gelisah. Kurang tidur juga berhubungan dengan masalah kesehatan mental berjangka panjang. Kebanyakan gangguan kesehatan mental kadang kambuh dan hal itu tidak pernah berangsur sembuh dan itulah yang beliau minati secara khusus. Professor yang meneliti pengobatan psikiatri dan tidur di Universitas Sydney ini percaya bahwa kekurangan tidur berkontribusi bagi peningkatan tingkat depresi.

Meningkatkan resiko kematian – Dalam penelitian Whitehall ke-2, peneliti Inggris menemukkan bagaimana pola tidur mempengaruhi angka kematian lebih dari 10.000 pegawai sipil Inggris selama dua dekade. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2007, mereka yang telah tidur kurang dari 5-7 jam sehari mengalami kenaikan risiko kematian akibat berbagai faktor, bahkan kurang tidur meningkatkan dua kali lipat risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler. Kurang tidur juga dapat memengaruhi penafsiran tentang peristiwa. Keadaan tubuh yang lemas membuat kita tidak bisa menilai situasi secara akurat dan bijaksana. Orang yang kurang tidur sangat rentan terhadap penilaian buruk ketika sampai pada saat menilai apa yang kurang terhadap sesuatu.

Mudah Lapar – Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur bisa mengganggu kadar gula darah dan menyebabkan tubuh memproduksi sedikit leptin, hormon pengendali nafsu makan, dan menghasilkan lebih banyak ghrelin (kebalikan dari leptin). Karena faktor perubahan biologis ini, tak heran jika masih merasa lapar meski baru saja makan yang banyak. Orang yang sedang dalam kelelahan, biasanya lebih suka mengonsumsi gula dan karbohidrat sederhana. Akibatnya, tubuh selalu menagih karbohidrat karena gula darah turun dengan cepat dan perut selalu terasa lapar. Kurang tidur bisa melenyapkan hormon yang mengatur nafsu makan. Akibatnya, keinginan menyantap makanan berlemak dan tinggi karbohidrat akan meningkat. Sehingga menyebabkan orang yang gemar begadang akan terus menginginkan asupan kalori tinggi.

Tubuh jadi melar – Jika mengabaikan efek kurang tidur, maka bersiaplah dengan ancaman kelebihan berat badan. Kurang tidur berhubungan dengan peningkatan rasa lapar dan nafsu makan dan kemungkinan bisa menjadi obesitas. Menurut sebuah studi tahun 2004, orang-orang yang tidur kurang dari enam jam sehari cenderung menjadi lebih gemuk hampir 30 persen daripada mereka yang tidur tujuh sampai sembilan jam sehari. Penelitian terakhir terfokus pada hubungan antara tidur dan peptida yang mengatur nafsu makan. Ghrelin merangsang rasa lapar dan leptin memberi sinyal kenyang ke otak dan merangsang nafsu makan. Waktu tidur singkat dikaitkan dengan penurunan leptin dan peningkatan dalam ghrelin. Kurang tidur tak hanya merangsang nafsu makan. Hal ini juga merangsang hasrat menyantap makanan berlemak dan makanan tinggi karbohidrat. Riset yang tengah berlangsung meneliti apakah tidur yang layak harus menjadi bagian standar dari program penurunan berat badan.

Rentan terserang Diabetes – Gula adalah bahan bakar setiap sel dalam tubuh Anda. Jika proses pengolahannya terganggu bisa menyebabkan efek buruk. Dalam penelitian yang dilakukan Universitas Chicago, AS, yang meneliti sejumlah orang selama 6 hari, mendapatkan kondisi ini bisa mengembangkan resistansi terhadap insulin, yakni hormon yang membantu mengangkut glukosa dari aliran darah ke dalam sel.Mereka yang tidur kurang dari 6 jam per malam dalam penelitian 6 hari ini menemukan, terjadi proses metabolisme gula yang tidak semestinya. Akibatnya bisa menyebabkan timbulnya diabetes.

Pemicu Obesitas – Apa sih akan Anda lakukan bila masih terjaga pada saat tengah malam? Tentu saja akan ada rasa lapar. Dengan demikian, Anda telah melebihi porsi makan Anda perhari dengan manambah porsi makan pada waktu begadang. Secara ilmiah, pada keadaan tubuh yang kurang tidur, terjadi gangguan pada hormon yang mengatur metabolisme glukosa yang nantinya akan mempengaruhi nafsu makan. Selain itu, saluran pencernaan pada saat malam hari tidak bergitu aktif untuk mencerna makanan kita, sehingga akan terjadi penumpukan. Asosiasi antara kurang tidur dan kegemukan muncul paling banyak pada usia remaja.

Gangguan pencernaan – Dosen Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Dr H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB menyebutkan bahwa kala malam, kadar asam lambung meningkat. Ini diperparah dengan makanan dan minuman teman begadang. Beliau menyarankan untuk tidak makan makanan berlemak. Pasalnya, makanan berlemak membuat kerja lambung semakin berat dan lambat.

Mempengaruhi kesehatan kulit – Kebanyakan orang mengalami kulit pucat dan mata bengkak setelah beberapa malam kurang tidur. Keadaaan tersebut benar karena kurang tidur yang kronis dapat mengakibatkan kulit kusam, garis-garis halus pada wajah dan lingkaran hitam di bawah mata. Bila Anda tidak mendapatkan cukup tidur, tubuh Anda melepaskan lebih banyak hormon stress atau kortisol. Dalam jumlah yang berlebihan, kortisol dapat memecah kolagen kulit, atau protein yang membuat kulit tetap halus dan elastis. Kurang tidur juga dapat menyebabkan tubuh lebih sedikit mengeluarkan hormon pertumbuhan. Ketika kita masih muda, hormon pertumbuhan manusia mendorong pertumbuhan. Dalam hal ini membantu meningkatkan massa otot, menebalkan kulit, dan memperkuat tulang. “Ini terjadi saat tubuh sedang tidur nyenyak- yang kami sebut tidur gelombang lambat (SWS) – hormon pertumbuhan dilepaskan,” kata Phil Gehrman, PhD, CBSM, Asisten Profesor Psikiatri dan Direktur Klinis dari Program Behavioral Sleep Medicine Universitas Pennsylvania, Philadelphia.

Mudah Sakit – Ini adalah tanda yang paling sering dijumpai. Orang yang kekurangan waktu tidur lebih rentan terkena infeksi. Berbagai penelitian menunjukkan, mereka yang cukup istirahat memiliki sistem imun yang lebih kuat. Tidaklah mengherankan, sakit kronis seperti masalah punggung atau arthritis bisa saja terjadi bila Anda melakukan aktivitas tidur yang buruk. Dalam sebuah studi dari John Hopkins Behavioral Sleep Medicine Program, direktur Michael Smith, PhD, membangunkan orang dewasa muda yang sehat selama 20 menit setiap jam selama 8 jam selama 3 hari berturut-turut. Hasilnya, mereka memiliki toleransi sakit yang lebih rendah, dan mudah mengalami nyeri.

Gangguan kesehatan secara umum akibat kelelahan – Ternyata dampak dari poin yang di atas dapat menyebabkan tubuh menjadi rentan terhadap infeksi virus, seperti influenza, infeksi usus (diare), infeksi virus hepatitis, demam thypoid, dan demam berdarah.

Menurunnya sistem imun – Pada orang yang memiliki kebiasaan begadang, jam biologis otak akan memprogram sistem kekebalan mencapai puncaknya di malam hari dan akan menurun di pagi hari. Padahal micro organisme jahat dan bibit penyakit serta karsinogenik (senyawa penyebab kanker) sangat banyak di udara yang kita hirup di pagi hari. 

Masalah kesehatan serius - Gangguan tidur dan kurang tidur tahap kronis dapat membawa Anda pada risiko :
Penyakit jantung
Kencing manis
Serangan jantung
Hipertensi
Gagal jantung
Sakit kepala (migrain/vertigo)
Detak jantung tidak teratur
Gangguan sistem jantung
Tekanan darah tinggi
Maag
Stroke
Asma
Gangguan sistem pembuluh darah
Gangguan kejiwaan
Gangguan pembuluh darah otak
Diabetes
Menurut beberapa penelitian, 90 persen penderita insomnia; gangguan tidur yang ditandai dengan sulit tidur dan tetap terjaga sepanjang malam – juga mengalami risiko kesehatan serupa.

Sel Rusak – Sebuah riset yang berlangsung dari 1987 oleh ahli kanker Steve Richards menunjukkan korelasi antara kerja malam dan kemungkinan menderita kanker. Orang-orang yang bekerja di malam hari hingga subuh atau pagi hari ternyata memiliki ketidakseimbangan hormon yang akhirnya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh khususnya pada perkembangan sel-sel rusak yang seharusnya dihancurkan oleh sel-sel imun. Pada tubuh normal, yakni waktu kerja pagi-sore, siklus metabolisme tubuh akan meningkat di pagi hari dan mulai menurun hingga malam hari. Saat seseorang memaksakan untuk terjaga di malam hari, tubuh akan memompa darah sebanyak mungkin dan mendorong sistem imun untuk meningkatkan sel-sel kekebalan tubuh seperti sel T dan CD4. Bila ‘pemaksaan’ ini dilakukan satu-dua kali, tubuh masih dapat memberikan toleransi tetapi saat menjadi kebiasaan, siklus tubuh yang diatur oleh jam biologis otak (circadian time clock) akan berubah dari default (pagi-sore) menjadi sore-pagi. Ini membuat kekebalan tubuh menurun di pagi hari dimana bibit penyakit dan bahan-bahan karsinogenik bertebaran di udara akibat perubahan suhu dan angin. Hasil riset ini dipublikasikan dalam The Lancet Oncology bulan ini. (sumber)


*sesungguh-sungguhnya semua post yang dimuat di halaman blog ini adalah sebagai pengingat pribadi*

0 tanggapan pembaca ^_^:

Posting Komentar

 
Copyright 2011 HandsLife. Designed by Cute Templates Blogger.
Thanks to: Link 1, Link 2, Link 3.