Dulu rasanya sangaaaat tenaaang, saat bangun tidur di pagi hari dan mendapati diri terlentang di kasur kapuk milik nenek. Nyamaaan sekali rasanya mendapati diri terbangun setelah semalaman dikeloni[2] oleh nenek. Kasih sayang dan perhatian nenek itulah yang membuat saya jatuh hati hingga hari ini pada sosok sederhana dan setia ini. Pagi hari di rumah nenek selalu menjadi pagi yang dingin, biasanya saya baru berani mandi paling pagi pukul 8 karena di sana air di bak mandi sedingin es. Kala itu jumlah kendaraan bermotor di daerah tersebut masih jarang meskipun jalan telah beraspal. Penduduknya biasa pulang-pergi pasar dengan mengendarai dokar[3] atau becak sepeda sehingga udara masih sejuk. Atap rumah yang dibuat tinggi semakin menambah kesejukan di dalam rumah nenek. Nenek saya tinggal di sebuah desa kecil di kabupaten xxxxxx, tanah Jawa. Ahh, masih jelas dalam ingatan rumah nenek yang dindingnya terbuat dari papan-papan kayu jati yang disusun tegak. Tak ada ubin disana, tanah liat menjadi lantainya. Di belakang rumah nenek ada kebun yang luaaaass sekali menurut ukuran saya. Di kebun itu ada pohon-pohon kelapa, pohon jambu, pohon nanas, pohon alpukat, pohon jambu biji, pohon petai, pohon petai cina, pohon jengkol, pohon belimbing, pohon kopi anjing (nah, yang ini sampai sekarang saya belum pernah menemukannya selain di rumah nenek), pohon belimbing wuluh, pohon nangka, dan masih banyak lagi. Nenek sendiri yang merawat pohon-pohon itu serta menjaga kebersihan kebun setiap harinya. Biasanya nenek hanya akan memanggil tukang kebun jika hendak menebang pohon atau memetik buah-buahan hasil kebun seperti: rambutan, kelapa, dan nangka yang tentu saja terlalu berbahaya jika harus dilakukan sendiri.
Selalu dan Selalu
Dulu, semasa masih kecil, sebelum bersekolah hingga jaman sekolah dasar saya sering sekali dititipkan sama orang tua di rumah nenek. Dan jika waktunya libur sekolah hampir habis, saat dijemput oleh kedua orang tua saya untuk kembali pulang ke rumah, selalu dan selalu banyaaak sekali alasan-alasan yang membuat saya ingin terus tinggal di sana dan tak jarang alasan-alasan tersebut berhasil membuat kepulangan saya diundur hingga malam sebelum saya masuk sekolah. Ahh, inginnya berangkat sekolah langsung dari rumah nenek, tapi apadaya jarak yang tak memungkinkan.
sumber foto: dok. pribadi
***
Syawalan
Dulu momen tahunan yang selalu ditunggu-tunggu adalah acara 'Syawalan'. Syawalan adalah semacam perayaan lebaran. Biasanya digelar pesta rakyat sekitar satu minggu setelah hari lebaran tiba. Acaranya antara lain: arak-arakan (warak ngendog[4], drum band, anak-anak sekolah dengan berbagai kostumnya) dan pasar malem yang diadakan di kawasan kawedanan. Barang dagangannya pun bervariasi: mulai dari jepit-jepit rambut, gelang kuningan, kapal-kapalan, robot-robotan, barang-barang dari gerabah, kacang rebus, balon, dan masih banyak lagi. Kalau momen ini tiba biasanya malam hari menjadi waktu yang sangat ramai dan meriah karena pedagang-pedagang membuka kios-kiosnya di sepanjang jalan di depan rumah nenek yang kebetulan adalah jalan raya. Ada yang menyetel lagu dari kaset, ada yang memainkan alat musik sederhana seperti seruling, meniup terompet dan tak sedikit anak kecil yang menyulut petasan serta kembang api.
***
Ayam
sumber foto: tumblr
Nenek saya ini, entah sejak kapan sudah memelihara ayam di rumahnya. Setau saya sejak saya mulai bisa mengenali lingkungan, nenek telah memelihara ayam. Masih jelas dalam ingatan, setiap pagi nenek memberi makan pada ayam-ayam itu. Kadang beras, kadang dedak, kadang juga nasi-nasi sisa makan kami. Dan kenangan yang paling tak terlupakan tentang ayam ini adalah saat nenek berkunjung ke rumah ibuk dan bapak. Nenek tak lupa membawa serta ayam-ayamnya yang ditempatkan ke dalam kotak kardus. Ya, ayam-ayam itu turut diajak serta mengunjungi kami sekeluarga. Padahal jarak antara tempat pemberhentian bus yang dikendarai oleh nenek hingga rumah bapak & ibuk terhitung jauh, dan nenek menempuh jarak tersebut dengan berjalan kaki! Katanya "nanti takut ayam-ayamnya mati kalau ditinggal di rumah karena nggak ada yang ngasih makan". Yang saya ingat, waktu itu di samping rumah ibuk & bapak tumbuh pohon bayam, dan yang terjadi pada tanaman bayam itu setelah kedatangan ayam-ayam nenek adalah rusak dan mati setelah terinjak-injak dan dipatuk ayam-ayam tersebut.
***
Sisi Lainnya
Menurut cerita dari ibuk, jaman dulu di dekat tempat tinggal nenek pernah ada orang gila yang kondisinya sungguh memprihatinkan. Dan salah satu hal yang membuat saya semakin kagum dengan sosok ini adalah sikapnya terhadap orang gila tersebut. Nenek bukannya takut atau menjauhi orang gila itu, tetapi malah memberinya makan, memandikannya dan mengganti pakaiannya dengan yang lebih bersih :') Entah kapaaaaaan saya, cucunya, bisa benar-benar meneladani contoh baik ini.
Nenek, dengan rumah sebesar itu, dengan anak sejumlah 12 orang, dengan tanggung jawab sedemikian besar. Ahh, semoga seluruh pengorbanan, kasih sayang dan perhatian beliau dapat menjadi amal ibadah yang diterima oleh Alloh dan menjadi penerang jalan nenek di sana. Aamiin.
Untuk Almarhummah Ibu xxxx xxxxxx (12 Juni 1928 - Juli 2002),
Air mata saya bahkan masih deras mengucur ketika rindu yang sangat ini tiba-tiba muncul.
Ahh, iya, "Innallaha 'ala kulli syai'in qodir" ... semua yang kamu sayangi bukanlah milikmu, Din. Terimakasih banyak Alloh, untuk telah memberi saya kesempatan mengenal Beliau. Merasakan kasih dan sayang Mu melalui beliau. Semoga semua amal shalih Simbah Putri diterima dan diampuni dosa serta kesalahannya. Aamiin aamiin yaa robbal'alamiin. Semoga kelak bisa ketemu di surga ya, Mbah :')
***
1) simbah putri (bahasa Jawa) = nenek
2) dokar (bahasa jawa) = delman; kereta kuda
3) dikeloni (bahasa Jawa) = dalam bahasa Indonesia artinya ditemani tidur.
4) warak ngendhog = mainan khas yang muncul sekali setahun. Mainan ini berwujud makhluk rekaan yang merupakan gabungan beberapa binatang yang merupakan simbol persatuan dari berbagai golongan etnis di Semarang: Cina, Arab dan Jawa.Kepalanya menyerupai kepala naga (Cina), tubuhnya layaknya buraq (Arab), dan empat kakinya menyerupai kaki kambing (Jawa).(penjelasan lebih jauh: disini)
Dibuat sebagai bentuk rasa terima kasih atas memori manis tentang masa kecil (Alhamdulillah). Mungkin pengalaman di kebun halaman belakang rumah nenek inilah yang pertama kali membuat saya jatuh cinta pada alam, pohon, tanaman, dedaunan, dan bunga-bunga. Ahh, mungkin juga hutan-hutan jati nan luas di sepanjang kanan-kiri jalan menuju rumah nenek yang selalu saya nikmati saat menuju dan sepulang dari rumah nenek (yang sebagian telah menjadi kompleks perumahan BSB saat ini -_-" ).
~ini postingan-postingannya kenapa jadi mellow begini beberapa hari terakhir yakk?~
4 tanggapan pembaca ^_^:
wahhh... ngga nyangka nenek hilda baek banget ditunggu pengalamannya...enak juga kalo punya blog bisa cerita pengalaman begini...
hehehehe...
maap ya hil blogmu isine komenku thok tapi aku jadi pembaca setiamu lowh hahahaha... mayan nggoo ngrame-ramein blog tetanggga... hohoho...
nggak nyangka kalo diliat dari kondisi cucunya kah, yuk? hahahaa :D
alm. mbah putri emg aseli baiikk :))
another untold story of mine yang akhirnya muncul juga disini.
ada ungkapan:
"experience is one factor that makes people have different point of view about something"
gapapa yuu, blog ini emang disetting open to public walopun sengaja belum dikabar2in ke siapa2 scr langsung sampe sekarang
ohh simbah sampun sedo tha hil? tak kiro masih hidup... ngga masalah hil. Adanya blogger memang dirancang untuk curhat secara publik hehehe...no problemo lebih baik dari pada dipendem sediri. hohoho...
iya..udah 10 tahun yll
curhat publik??? hahaaa :D kesannya gitu ya? malah nggak kepikiran. padahal tujuannya sama sekali bukan untuk itu. salah satu alasan terkuat adalah untuk nyimpen sedikit tulisan2 yg pernah dibuat & materi kuliah biar nggak ilang & gampang nyarinya (pengalaman laptop & flashdisk rusak dulu yg mengajarkan hal ini). alasan lainnya pernah dipost disini -> http://handslife.blogspot.com/2011/06/kenapa-nge-blog.html
tentunya "for a positive & happy blogging" :D
Posting Komentar